Setelah mengarungi musim yang luar biasa pada periode pertama, Podcast Belantara kembali mengudara setelah pergantian periode. Di episode 13 ini–episode pertama pengurus baru–Podcast Belantara hadir dalam episode spesial Ramadhan. Pada bulan suci ini, tema bahasannya tak jauh dari euforia Ramadhan yakni fenomena takjil sebagai salah satu praktik budaya. Takjil menjadi pembahasan yang tak lepas jika bersanding dengan Bulan Ramadhan. Untuk mengupas topik tersebut, episode ini mengundang salah satu mahasiswa berprestasi Sastra Indonesia, Sofi Esa Bela, ke dalam pembahasan.

Sebagai mahasiswa rantau Sofi menemukan beberapa perbedaan dalam menjalani Ramadhan. Di tahun kedua Ramadhan di Semarang ini, lebih banyak hal-hal yang dijelajahi mulai dari makanan, ngabuburit, dan sebagainya. Dalam perbincangan tersebut, turut membahas mengenai makanan yang kemunculannya sarat akan Ramadhan. Bulan tersebut memang banyak memunculkan berbagai hal yang menarik dibahas dalam perspektif budaya.

Selain memiliki tampilan yang merangsang liang lapar, dalam beberapa temuan, takjil juga memiliki kedalaman makna yang membuatnya semakin menarik untuk dikupas. Es pisang ijo misalnya, sajian yang berasal dari tanah sumatra ini tak luput dari bahasan. Sofi, yang juga berasal dari Sumatra, mengatakan bahwa es pisang ijo memang pada awalnya dibuat untuk membuat sajian yang identik dengan buah pisang ijo itu sendiri.

Selain memilili keberagaman makanannya, takjil juga memiliki keberagaman pembelinya. Dari berbagai kalangan, termasuk agama, membaur dalam kegiatan yang akrab dikenal dengan war takjil. Bahkan tren nonis ikut war takjil ini selalu menjadi topik hangat yang turut memeriahkan Ramadhan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam perspektif budaya, fenomena ini menunjukkan nilai kebersamaan, toleransi, serta kerukunan dalam sebuah bangsa.

Pembahasan menganai takjil dalam kaitannya sebagai budaya di bulan Ramadhan tak berhenti disitu. Pembahasan lengkap dapat ditilik di kanal Youtube Sastra Indonesia Undip, Podcast Belantara Episode 13.

Kegiatan ini sepenuhnya didukung oleh Prodi Sastra Indonesia FIB Undip. Ketua Prodi, Dr. Sukarjo Waluyo, M.Hum. memandang kegiatan ini sebagai langkah positif untuk terus mengenalkan Prodi Sastra Indonesia ke khalayak yang lebih luas. Lebih dari itu, segala manfaat dari kegiatan ini juga dianggap dapat memperluas dialektika keilmuan kesusastraan, kebahasaan, dan kebudayaan Indonesia.