SASINDO – Program pengabdian masyarakat sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi rutin diselenggarakan oleh para dosen di perguruan tinggi tiap semester dengan beragam tema yang diusung. Sebagai upaya untuk meningkatkan manajemen kesenian, serta sebagai respon atas banyaknya tantangan di era perkembangan teknologi dalam hal pendidikan, dosen program studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema tersebut di desa Jurang Blimbing, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Puncak dari kegiatan ini dilangsungkan pada tanggal 4 April 2024.
Beberapa bentuk pengabdian tersebut berupa pelatihan manajemen seni pertunjukan bagi Sanggar Kethoprak Sri Mulyo, pelatihan dan pendampingan teknik manajemen kesenian Kuda Lumping Turonggo Tunggak Semi, pendampingan literasi dongeng kepada orangtua di Paud Mekar Jaya, dan pendampingan penerapan kesantunan berbahasa di Media Sosial pada PKK Jurang Blimbing Tembalang Semarang dst.
Warga setempat merespon secara positif adanya kegiatan ini. Para seniman setempat dengan antusias merespon dan berdiskusi tentang tantangan dan peluang dalam mengelola kesenian setempat. Para ibu di PKK dengan semangat berdiskusi tantangan pengasuhan anak di era kemajuan teknologi, dan juga etika berkomunikasi di media sosial. Kesadaran untuk menyaring informasi dan menggunakan bahasa yang tepat dalam berkomunikasi masih sering diabaikan, sehingga konflik berpotensi muncul dan kurang bijak dalam membagikan informasi pribadi. Selain itu, penggunaan dongeng sebagai sarana pendidikan bagi anak juga mulai terkikis seiring dengan kehadiran gadget yang lebih menarik secara audio visual.
” Padahal selain sebagai sarana penyampaian pesan moral, dongeng lebih mampu meningkatkan ikatan emosional antara Ibu dan Anak” Ungkap Fajrul Falah, S.Hum.,M.Hum. sebagai salah satu pembicara. Begitupun Herpin NopiandI Khurosan.M.A. juga menyatakan bahwa berdasarkan penelitian, dongeng lebih memberi dampak positif pada kondisi psikologis anak, karena lebih mampu menghadirkan konsistensi emosional yang lebih stabil selama proses pembacaan dibandingkan dengan konten di medsos yang singkat dan berganti dengan cepat secara acak dari emosi menyenangkan ke menyedihkan bahkan hal-hal tragis.
Kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat mengoptimalkan potensi warga setempat dari segi kebudayaan, serta dapat selalu adaptif dan bijak dalam menanggapi tantangan perubahan teknologi dalam banyak bidang kehidupan.
(MW)
Komentar Terbaru