Semarang– Inovasi sosial berbasis budaya kini hadir melalui program pengembangan konten edukatif aquascape di Desa Branjang, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Program ini diinisiasi oleh Diva (21) merupakan mahasiswa Antropologi Sosial dari Universitas Diponogoro, ia mengusung tema “Penyusunan Konten Aquascape untuk Meningkatkan Nilai Informasi dan Estetika melalui QR Code.” Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada estetika produk, tetapi juga pada penguatan narasi budaya serta pemanfaatan media digital dalam penyebaran informasi kepada masyarakat luas.

Aquascape yang dikenal sebagai seni menata akuarium menyerupai lanskap alami, dipandang memiliki nilai budaya yang dapat diangkat sebagai bagian dari strategi edukasi dan branding. Dalam program ini, Diva menggandeng pelaku usaha lokal, Bapak Adi Luhung Bagas P. K., untuk mengembangkan narasi budaya seputar produk aquascape yang mereka produksi. Narasi tersebut tidak hanya menyampaikan informasi teknis mengenai perawatan dan komposisi produk, tetapi juga mengeksplorasi nilai-nilai kebudayaan di balik seni aquascaping itu sendiri.

Salah satu pendekatan yang digunakan adalah meninjau estetika aquascape dari perspektif budaya Jepang, sebagai negara yang menjadi pionir dalam dunia aquascaping. Filosofi Jepang seperti wabi-sabi (keindahan dalam kesederhanaan dan ketidaksempurnaan) serta nilai harmoni dengan alam diterapkan dalam narasi produk. Hal ini bertujuan untuk menambah nilai edukatif dan keunikan yang membedakan produk dari kompetitor lainnya di pasar.

Tak hanya berhenti pada narasi, program ini menghadirkan terobosan dalam penyebaran informasi melalui penggunaan teknologi digital. Setiap produk aquascape akan dilengkapi dengan QR Code dalam bentuk stiker yang ditempel pada kemasan. QR Code ini dapat dipindai oleh konsumen untuk mengakses berbagai konten informatif, mulai dari narasi budaya, panduan perawatan aquascape, hingga tautan menuju toko daring (online marketplace). Semua tautan tersebut terkonsolidasi dalam platform digital Linktree yang tertaut langsung di bio Instagram akun usaha: @anto.aquarium_ dan https://linktreeantoaquarium.taplink.id/.

Metode ini menjadi solusi terhadap keterbatasan akses informasi secara langsung bagi sebagian konsumen, sekaligus memperkuat branding produk secara digital. Dengan hadirnya sistem informasi berbasis QR Code, pelaku usaha lokal kini memiliki alat promosi modern yang tidak hanya estetik namun juga edukatif.

Program ini secara langsung menyasar masyarakat umum dan pecinta akuarium, khususnya dari kalangan remaja hingga dewasa, baik pelanggan setia maupun calon konsumen baru. Melalui pendekatan lintas disiplin antara antropologi, budaya, dan teknologi, kegiatan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam membangun ekosistem usaha kreatif yang inklusif, edukatif, dan berkelanjutan. Lebih dari sekadar menjual produk, inisiatif ini juga mendorong pelestarian nilai-nilai budaya melalui media yang inovatif. Ini merupakan bukti bahwa pendekatan antropologi mampu menjembatani dunia bisnis dengan kepentingan sosial dan kultural masyarakat. Semoga ke depan, praktik baik seperti ini dapat direplikasi di berbagai daerah lain di Indonesia.

 

Penulis: Divara Aurellia Athallah

DPL:

  1. Gani Nur Pramudyo, M.Hum.
  2. Muhammad Hamdan Mukafi, S.S., M.A.
  3. Siti Komariya, S.S., M.A

Lokasi: Desa Branjang, Ungaran Barat, Jawa Tengah.