Universitas Gadjah Mada (UGM), sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, melaksanakan kegiatan Academic Student Networking (ASN) pada tahun 2022 ini. Kali ini, UGM menggandeng Unversitas Diponegoro (UNDIP) dan Universitas Andalas (UNAND) dengan aksud menyambung jembatan intlektual kesusastraan. Dibuka pada 10 Oktober 2022, Dr. Sukarjo Waluyo, M.Hum. selaku Kepala Prodi Sastra Indonesia dan perwakilan ahli sastra dari FIB UNDIP menilik keberadaan Spirit Sastra Jawa dan Sastra Melayu dalam Wajah Baru Sastra Indonesia.
Pandangan tentang keberadaan spirit kebudayaan tradisional yang mengisi ruang-ruang dialektika kreatif dari karya sastra mutakhir disampaikan oleh Dr. Sukarjo Waluyo, M.Hum. Pandangan tersebut menjadi salah satu nilai penting yang dipotret pada acara pembuka Academic Student Networking 2022. Observasi ilmiah secara teoritik itu dimaksudkan untuk menanggapi penelitian ilmiah dari dua narasumber yang mengisi kegiatan tersebut.
Pada sesi pertama ASN 2022 dibahas ”Kuntul Nucuk Mbulan: Sebuah Renungan Filologis (Transformasi Kisah Kiai Cabolek)” oleh Taufiq Hakim, S.S., mahasiswa Magister Sastra UGM, dan “Transformasi Legenda Orang Kayo Hitam dalam Literasi Sastra” oleh Maya Febrianti, S.S., M.Hum., Alumnus Pascasarjana Susastra UNAND. Kedua pemateri melihat adanya unsur kebudayaan tradisional, terutama ‘ruh’ kebudayaan Jawa dan Melayu dalam karya-karya sastra Indonesia terkini.
Adanya ruh kebudayaan tradisional dalam karya sastra Indonesia yang baru, yang bisa dikatakan sudah melampaui waktu di mana kebudayaan itu mengalami masa keemasan, Dr. Sukarjo Waluyo, M.Hum., melihat hal itu sebagai perwujudan spirit. Dalam arti sederhana, spirit adalah ruh yang mampu merasuki karya-karya sastra mutakhir. Proses ini bukan hanya menceritakan kembali bagaimana sebuah kebudayaan tradisional diterapkan, tetapi sekaligus mewujudkan pemaknaan baru terhadap nilai-nilai lampau yang pernah ada.
Pemaknaan kembali itu dipandang pula sebagai sebuah usaha untuk mewujudkan wajah baru yang dinilai lebih riil dengan potret masyarakat Indonesia saat ini. Baik Taufiq Hakim, S.S. yang melihat refleksi dunia santri dalam Kuntul Pucuk Mbulan ataupun Maya Febrianti, S.S., M.Hum., yang menangkap penggubahan kebudayaan dalam Orang Kayo Hitam, keduanya menyampaikan bahwa nilai-nilai tradisi Jawa dan Melayu merasuk dan meresap dalam karya sastra Indonesia yang baru. Hal ini ditegaskan pula oleh Dr. Sukarjo Waluyo, M.Hum. sebagai sebuah mozaik sastra Indonesia.
Dengan berpengalaman melihat nilai-nilai lokalitas pesisir di Semarang, Dr. Sukarjo Waluyo, M.Hum. merefleksikannya dalam pandangan teoritik yang disampaikan dalam ASN 2022 tersebut. Pengalaman aktual dan teoritik kemudian menjadi dua hal yang penting untuk digunakan dalam melihat spirit kebudayaan tradisional ‘yang merasuk’ ke dalam karya-karya sastra Indonesia saat ini.(Hamdan)
Komentar Terbaru