Triyanti Wahyuningsih, seorang mahasiswa Sastra Indonesia dari Universitas Diponegoro yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata membagikan rahasia mengenai cara mengubah perasaan menjadi sebuah karya bermakna melalui pelatihan penulisan kreatif. Program pelatihan penulisan kreatif ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Juli 2024 di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Fatah, Dusun Gejugan, Desa Ngaglik, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Pelatihan penulisan kreatif ini digagas dan dijalankan oleh Triyanti Wahyuningsih setelah melakukan survei terhadap para santri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Fatah. Para santri memiliki ketertarikan terhadap karya sastra dan penulisan kreatif. Hal ini terlihat dari kebiasaan santri yang kerap menuliskan perasaan mereka dalam buku harian. Banyak pergolakan batin yang mereka alami karena jauh dari orang tua, rasa kesepian sebab tak bisa menjangkau dunia luar melalui ponsel pintar, dan kebosanan akan rutinitas keseharian. Adanya pelatihan penulisan kreatif diharapkan akan membuka jalan ekspresi dari perasaan mereka menuju sebuah karya. Karya itu akan abadi, mereka juga bisa membaca karya teman-teman yang lain. Tidak menutup kemungkinan suatu saat mereka bisa menjadi penulis besar.

Mulanya, pelatihan diberikan kepada pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Fatah. Kemudian pengurus menyampaikan materi penulisan kreatif dengan dampingan mahasiswa. Pelatihan ini berkelanjutan dan mengundang antusias para santri maupun pengurus pondok pesantren. Pelatihan difokuskan pada penulisan karya sastra berupa puisi. Pada dasarnya menulis merupakan tindakan merekam jejak, tindakan historis, tindakan eksistensialis, dan tindakan teologis. Oleh karena itu para santri asyik mengingat rekaman kejadian yang mereka alami dan menuliskannya dalam bentuk puisi. Hasil tulisan mereka cukup menarik dan unik karena berproses dengan sungguh-sungguh. Kebanyakan dari mereka menciptakan puisi dengan tema keluarga, kampung halaman, sejarah dunia pesantren, dan ketaatan mereka terhadap Allah SWT. Mahasiswa berharap ilmu penulisan kreatif tidak berhenti hanya dalam pelatihan ini, tetapi dapat ditularkan kepada santri-santri berikutnya.