Ada pemandangan dan aktivitas berbeda di Pondok Pesantren dan Panti Sosial Sirrul Asror, Semarang. Ya, sejumlah 40 santri asyik dan berkreasi mengikuti pelatihan mendongeng melalui sarana wayang, belum lama ini. Saat pandemi mengurangi mobilitas, para santri termotivasi dan berlatih kreativitas. Kreasi dan imajinasi dimulai dan terlihat ketika mereka mempersiapkan cutter, pensil, dan plastik warna-warni. Kakak Umam dan Kak Vikki memandu dan mengajari mereka membuat wayang dengan gambar tumbuhan dan hewan seperti bunga, gajah, dan ikan. Anak-anak berusia 6-12 tahun dari pondok pesantren itu, kemudian praktik dan berkolaborasi dengan Wayang Tenda, untuk memerankan karakteristik wayang. Meskipun kegiatan ini baru pertama kali, anak-anak terlihat antusias dan tidak canggung. Mereka bisa mendongeng dan memerankan karakteristik wayang secara serius dan baik. Anak-anak juga dilatih membuat puisi dan lagu sederhana.
Kak Umam, pemateri, mengatakan tujuan pelatihan mendongeng ini untuk mengenalkan anak-anak (santri) dengan dunia literasi sejak dini. “Kegiatan ini diharapkan mampu mengembangkan kreasi, imajinasi, dan kepercayaan diri mereka”, tegas Khothibul Umam. Di sisi lain saat dikonfirmasi secara terpisah Kak Fajrul mengatakan kegiatan mendongeng dinilai efektif untuk membentuk karakteristik anak. “Saya seringkali mengingat pesan moral seperti kejujuran dan berbuat baik lewat dongeng orang tua dulu”, kenang dosen muda itu. Kegiatan pelatihan ini juga disambut baik oleh Bapak Asror, pengasuh Ponpes dan Panti Sosial Sirrul Asror, “Anak-anak jadi terhibur dan mereka senang mengikutinya” tegasnya. Selain itu, kegiatan ini menjadi hal baru bagi anak-anak di samping belajar ilmu agama.
Kegiatan mendongeng melalui wayang ini, merupakan bagian Pengabdian Kepada Masyarakat oleh Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Dipnegoro. (FIB-UNDIP). Tim pelaksana pengabdian adalah Khothibul Umam, M.Hum., Laura Andri, R.M., M.A., dan Fajrul Falah, M.Hum. Topik pengabdian kepada masyarakat ini diinisasi berdasarkan persoalan yang ada di masyarakat seperti apa, lalu dicarikan solusi sesuai bidang dan kompetensi masing-masing pemateri. Tim pengabdian sekaligus Sekretaris Program Studi Sastra Indonesia, Laura Andri, M.A., memastikan kegiatan serupa tidak hanya berhenti di sini, namun akan tetap dilakukan di beberapa lokasi ke depan sesuai topik relevan, sehingga memberikan kemanfaatan bagi insan. Semoga. (FF).
Komentar Terbaru