Novel Sang Tandak karya Yit Prayitno yang terbit pada November 2023 menimbulkan perhatian banyak pihak. Hadir dengan 512 halaman, novel tersebut mengangkat topik tentang perempuan dalam balutan Sejarah. Fiksi sejarah tersebut berangkat dari sumber-sumber otentik sehingga menimbulkan pengalaman pembacaan tersendiri bagi pembaca.

Laura Andri R.M.,S.Hum.,M.A. selaku dosen prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro turut terlibat sebagai narasumber dalam bedah buku Sang Tandak yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Semarang (Dekase) bersama Forum Kalen, Djarum Foundation, dan Betanews. Bedah Novel Sang Tandak dilangsungkan di Latar Kota, kawasan Kota Lama, Semarang pada Sabtu (14/10/2023) malam. Selain Laura Andri, hadir pula Fathul Munif dari Maring Institut dan Yit Prayitno sebagai penulis novel.

“Kehadiran Novel Sang Tandak pada karya Sastra Indonesia memberikan warna tersendiri. Fiksi sejarah sangat diperlukan di masa sekarang. Selain membahas sejarah di Kudus, Pati, Solo dan beberapa daerah lain, novel ini juga menunjukkan perjuangan perempuan untuk mencapai eksistensinya, termasuk gagasan women support women juga hadir disana.” Ucap Laura.

Laura Andri R.M.,S.Hum.,M.A membahas novel Sang Tandak dari perspektif Simone De Beauvoir. Ia menyatakan bahwa bentuk-bentuk perjuangan perempuan dilakukan melalui pendidikan, pekerjaan, dan sosial. Keterlibatan perempuan di ranah sosial menunjukkan bahwa suara-suara perempuan mulai dipertimbangkan.

Meskipun demikian, akhir novel ini menunjukkan bahwa perjuangan perempuan berakhir dengan kematian. “Kematian tokoh utama perempuan menunjukkan betapa kuatnya patriarki mengakar dalam masyarakat, hal tersebut sesuai dengan realita di masyarakat” Ucap Laura.

“Ajeng yang tampak penurut dan lembut, pada akhirnya mampu melakukan perlawanan terhadap tindakan-tindakan diskriminasi, yang menempatkan dia sebagai second sex. Ini adalah bukti bahwa kita tidak bisa sebelah mata memandang perempuan dalam peran-peran sosialnya. Terlepas pada akhirnya dia kalah atau menang, dia sudah memberi kesadaran pada pembaca” tambah Munif.

Acara bedah buku tersebut juga dimeriahkan dengan penampilan musik oleh Kelompok Musik Jalanan (KJP), dan Kolaborasi Petroek van Loano, Giwang Topo, Paimo, serta Deni Dumbo. Musik Kolaborasi Petroek van Loano menyuguhkan sejumlah judul lagu, satu di antaranya berjudul “Taroe Tandak”.

(MW)