“Saya Pikir Pendikar itu akan serius dan menegangkan, namun ternyata tidak demikian,” ujar Ayunda Riska, mahasiswa baru Sastra Indonesia tatkala ditemui pada acara Pendidikan Karakter Mahasiswa (19/08/2022) di Kampus FIB Undip Tembalang. Sebagai mahasiswa baru jurusan Sastra Indonesia Ayunda bersyukur karena bisa mengikuti acara Pendidikan Karakter Mahasiswa (Pendikar) tersebut. Ia bersyukur karena menjadi satu dari sekian mahasiswa yang diterima di Program Studi Sastra Indonesia Universitas Diponegoro.

Di acara Pendikar tersebut Ayunda mulai dikenalkan dengan makna filosofis dari tiap komponen lambang Universitas Diponegoro. Selain itu Ayunda juga senang karena dikenalkan dengan bagaimana kultur akademik dan profesional di lingkungan Universitas Diponegoro. Sebagai universitas riset yang unggul, Universitas Diponegoro mengedepankan keseimbangan antara logika dan rasa. Universitas Diponegoro tidak hanya bercorak ilmiah yang kuat namun juga menanamkan integritas dan etika di dalam laku profesionalnya.

Ayunda Sebagai mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Diponegoro merasa tertantang untuk terlibat secara langsung dengan kultur akademik dan semua karakteristik dan kompetensi mahasiswa yang dikembangkan oleh Universitas Diponegoro. Karakteristik dan Kompetensi mahasiswa Undip tersebut dirangkum dalam kata “complete” yang merupakan akronim dari communicator, professional, entrepreneur, leader, thinker, dan educator.

Untuk menjadi mahasiswa Sastra Indonesia Undip yang berkompetensi complete, Ayunda saat ini tengah mengidentifikasi kelebihan dirinya untuk ditingkatkan dan kekurangan yang dimilikinya untuk kemudian diatasinya. “Banyak kosa kata baru yang saya temukan di acara Pendikar ini yang terkadang sulit untuk dipahami.” Hal itu menunjukkan bahwa saya harus meningkatkan kemampuan saya, sekaligus tanda bahwa kuliah itu berbeda dengan masa sekolah dulu.”

Ditemui di waktu dan tempat yang sama, Kevin Rafino mengatakan bahwa motivasi utamanya mengejar Sastra Indonesia Universitas Diponegoro adalah bahwa Universitas Diponegoro merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia. Dan Semarang merupakan kota yang lebih teratur serta lebih komunal. “Undip punya reputasi yang bagus, di lingkungan keluarga saya banyak yang merekomendasikan kuliah ke Undip,” imbuh Kevin. Selain itu, Kevin yang waktu di tingkat SMA mengambil jurusan IPS merasa Sastra Indonesia adalah jurusan yang cocok baginya. “Dari semua mata pelajaran sosial dan humaniora, bagi saya yang paling menarik adalah Sastra Indonesia.”

Hal yang sama diamini oleh Anugrah Setio Simbolon. Ia memilih Undip karena reputasinya dan juga atas dasar rekomendasi keluarga dan teman-teman senior di SMAnya. “Tapi aku tertarik bukan karena kakak saya juga mahasiswa Sastra Indonesia di PTN terkemuka lainnya, aku masuk sastra Indonesia karena Sastra Indonesia itu penting bagi saya.”

Motivasi lain yang menunjukkan keragaman motivasi mahasiswa baru Sastra Indonesia juga ditunjukkan oleh Dhiya Imtiyaz. Dhiya yang bercita-cita untuk menjadi motivator itu merasa perlu untuk mengalihkan target dari ilmu komunikasi ke jurusan Sastra Indonesia. Bagi Dhiya Sastra Indonesia lebih fundamental untuk mendukung kebutuhannya. “Saya sudah memperoleh beasiswa dari salah satu universitas di Jakarta. Tapi saya memutuskan untuk memilih Sastra Indonesia Universitas Diponegoro meski dengan biaya sendiri, pungkas Dhiya.” (HNK)